Perusahaan Wajib Tahu, Cara Konsisten Membangun Kebiasaan Belajar pada Karyawan

Inspigo
4 min readMar 6, 2023

Bagaimana cara membangun kebiasaan yang tepat? Simak selengkapnya di sini!

Kebiasaan baik seperti belajar bukan hanya sampai ranah perguruan tinggi, lebih dari itu karyawan juga diharapkan untuk terus belajar. Alasannya? Melansir Sparkbay, 87% eksekutif merasakan kesenjangan keterampilan yang begitu tinggi.

Pembelajaran dan pengembangan karyawan dipilih untuk meningkatkan keterlibatan mereka dan mengisi kekosongan posisi yang ada.

Namun, hanya 22% orang yang berhasil membangun kebiasaan baik. Itu tandanya, ada 78% yang tetap gagal membangun kebiasaan baik meski sudah menuliskannya secara spesifik.

Terkadang kegagalan ini juga membuat karyawan terjebak di kata “ingin” saja, dan pada akhirnya kurang termotivasi.

Lantas, bagaimana formula yang tepat agar karyawan dapat konsisten membangun kebiasaan baik?

Simak selengkapnya di artikel ini sehingga perusahaan dapat mewujudkan kebiasaan baik karyawan.

Belajar Konsisten Membangun Kebiasaan Baik

Kebiasaan baik nggak akan terwujud jika bukan berawal dari perubahan perilaku. Perilaku yang terus-menerus dilakukan inilah yang akan menjadi kebiasaan baru.

Menurut profesor di Universitas Stanford, AS, BJ Fogg, untuk mencapai perubahan perilaku, seseorang perlu menguasai tiga elemen: motivasi, kemampuan, dan dorongan. Ketika perilaku tersebut tidak terjadi, berarti salah satu dari ketiga elemen tersebut hilang.

Fogg Behavior Model memiliki tiga komponen di dalamnya

Jika kita amati, Fogg Behavior Model (FBM) membuat seseorang lebih mudah untuk memahami perilaku secara umum karena menyoroti tiga elemen penting, yaitu M = Motivation (motivasi), A = Ability (kemampuan), dan T = Trigger (pemicu).

Mari kita lihat ketiga komponen tersebut secara terpisah:

1. Motivation

Motivasi bukan sekadar kata-kata semangat ataupun secangkir kopi di pagi hari. Lebih lanjut, Fogg bilang bahwa dalam aspek pertama ini, perlu adanya dorongan yang terdiri dari tiga macam, yaitu sensasi, antisipasi, dan rasa memiliki.

Sensasi: Ini adalah tingkatan motivasi yang bisa dirasakan secara fisik. Sebagian tindakan memberi kita kesenangan, sementara tindakan yang lain memberi kita rasa sakit. Contohnya adalah konsep leaderboard untuk memacu motivasi karyawan meraih lebih banyak prestasi.

Antisipasi: Berkaitan dengan tingkat motivasi emosional, seperti harapan dan ketakutan. Tujuan dari poin ini adalah merealisasikan harapan dan melawan segala ketakutan yang seringkali ditemui.

Rasa memiliki: Tingkatan ini berkaitan dengan motivasi sosial. Karyawan cenderung ingin merasa diterima dan dimiliki perusahaan, sebab hal inilah yang membuat mereka enggan berputus asa dalam bekerja. Hal ini dapat ditingkatkan melalui forum diskusi untuk saling menerima pendapat.

2. Ability

Berkaitan dengan membentuk kebiasaan, tahap ini bukan terbatas bagaimana karyawan dapat bekerja sesuai dengan keahliannya, melainkan mereka juga ahli di bidang yang mereka sukai. Setidaknya kita perlu memiliki waktu yang cukup, penggunaan dana yang bijak, manfaatkan keahlian yang dimiliki, dan sarana pembelajaran yang memadai.

3. Trigger

Berikutnya adalah soal trigger atau pemicu karyawan dalam mengubah perilaku baru. Ada tiga jenis pemicu dan masing-masing memiliki tujuan yang berbeda:

Percikan: Berikanlah mereka sesuatu yang bisa memercikan motivasi. Misalnya kesempatan untuk promosi jabatan. Sehingga mereka tahu mengapa itu penting bagi upaya perilaku dan kebiasaan baru mereka.

Fasilitator: Ketika karyawan telah termotivasi, tak sedikit yang merasa jauh dari harapan ataupun ekspektasi. Untuk mengatasinya, perusahaan bisa memberikan fasilitator seperti pelatih ataupun instruktur profesional yang capable dengan bidangnya.

Sinyal: Karyawan sudah siap untuk berubah. Namun, apakah mereka juga siap untuk merealisasikan perilaku baru tersebut? Jika belum, maka perusahaan bisa memberikan tindakan yang jelas di setiap pelatihan dan mengurangi kebingungan karyawan.

Bicara soal membentuk perilaku baru, Tyo Guritno, Co-Founder Inspigo, saat mengisi sesi InspigoLIVE perdana di tahun 2023 juga menekankan formula milik BJ. Fogg dengan aspek kesederhanaan atau simplicity.

“Simplicity is the key to create new behavior. Untuk membangun perilaku baru, Ability harus dibikin segampang dan sesimpel mungkin. Kalo itu nggak simpel, kemungkinan perilaku itu akan kejadian jadi lebih kecil.” Ungkapnya.

Ringkasan

Jika perusahaan ingin membangun kebiasaan baik karyawan, ingatlah hal berikut:

  1. Kebiasaan baik berawal dari perilaku baru yang terus-menerus dilakukan.
  2. Untuk membangun kebiasaan baru, fokuslah pada tujuan yang ingin dibangun.
  3. Beri karyawan pertanyaan, “Kalian ingin menjadi orang yang seperti apa?”
  4. Tentukan small wins atau target yang mudah dilakukan dan menjadi keyakinan bagi mereka untuk mencapainya.

Sebagai salah satu cara untuk membangun kebiasaan baik, Inspigo for Business hadir untuk membantu perusahaan. Tersedia fitur learning path dan leaderboard yang memberikan kamu dan tim pengalaman pembelajaran aktif dalam menunjang kebiasaan belajar bagi karyawan. Coba gratis sekarang di bawah ini!

Ketuk gambar untuk mencoba gratis Inspigo for Business

Temukan inspirasi kapan saja dan di mana saja dengan mendengarkan podcast Indonesia dari Inspigo — Inspiration on the go. Dapatkan skill dan knowledge dari banyak orang hebat melalui aplikasi Inspigo yang dapat diunduh di Google Play Store, Apple App Store atau Huawei App Gallery

Selalu up-to-date konten terbaru Inspigo dengan ikuti kami di Instagram, Facebook, Twitter, atau LinkedIn.

--

--

Inspigo

Dapatkan inspirasi & skill baru lewat berbagai topik menarik, kapan, dan di mana saja.